Gempa Tektonik - Istilah-istilah Gempa
Beberapa waktu belakangan ini Indonesia ramai dibicarakan sebab sering terjadinya gempa tektonik di beberapa wilayah tertentu. Gempa tektonik tersebut terjadi di luar prediksi Badan Geologi sebab merupakan gerakan alam. Dalam rentang waktu nan singkat, gempa tektonik menggerayangi wilayah Nusantara seperti Aceh, Sumatera Barat, Tasikmalaya, Yogyakarta, Toli-Toli, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Tengah.
Indonesia memiliki potensi mengalami gempa tektonik nan tinggi sebab berada pada wilayah bertemunya beberapa lempeng tektonik besar nan selalu aktif bergerak. Tercatat sejumlah wilayah menjadi daerah rawan gempa tektonik. Daerah rawan gempa tektonik itu terbentang di sepanjang batas antara lempeng tektonik Australia dengan Asia, lempeng Asia dengan Pasifik yaitu Sumatera sampai Selatan Jawa, Nusa Tenggara, dan Banda.
Apa Itu Gempa Tektonik?
Gempa tektonik bisa terjadi selama ada dinamika di dalam lapisan bumi. Dinamika tersebut terjadi dampak bergeraknya lempeng-lempeng tektonik. Tercatat setiap hari terjadi gempa tektonik. Hanya saja skalanya kadang kecil sehingga tak terlalu terasa. Namun, ada kalanya skala gempa tektonik menjadi lebih besar dari biasanya sehingga dapat menimbulkan kepanikan warga dan selanjutnya kerusakan fisik di sejumlah tempat.
Bergesernya lempeng tektonik sebab tenaga maha dahsyat nan dihasilkan oleh tekanan antar lempeng batuan dalam perut bumi menyebabkan gempa tektonik antara 4 sampai 9 skala Richter. Kekuatan gempa tektonik berbeda-beda, bergantung titik pusat gempa.
Gempa tektonik terkuat berada sekitar tapal batas lempengan-lempengan tersebut. Perlahan tapi niscaya konvoi lempeng-lempeng nan senantiasa aktif saling berdesak-desakkan satu sama lain. Kemudian sekumpulan energi akan terbentuk sedikit demi sedikit hingga tertimbun cukup banyak. Divestasi energi nan tertimbun inilah nan menjadi pencetus terjadinya gempa tektonik.
Dibandingkan gempa vulkanik, gempa tektonik memiliki getaran nan jauh lebih dahsyat. Maka tak heran jika gempa tektonik nan dihasilkan dari dasar bumi ini seringkali mampu meluluhlantakkan apa saja nan ada di atas permukaan bumi, tanpa terkecuali. Berbeda dengan gempa vulkanik nan terjadi dampak letusan gunung berapi nan getarannya mampu menjangkau sejauh 20 mil. Meski tak selalu menghancurkan bangunan di sekitarnya.
Di Indonesia, rendezvous antar lempeng nan menimbulkan penimbunan energi hingga menyebabkan gempa tektonik ini terjadi di daerah rawan gempa ditambah dengan hubungan pada lempeng India dan Australia, Pasifik dan Eurasia nan berjumpa di Banda juga lempeng Pasifik dan Asia nan berjumpa di Sulawesi dan Halmahera.
Gempa tektonik juga dapat terjadi sebab adanya fault atau sesar nan aktif. Fault ialah rekahan atau patahan nan mengalami pergeseran terus menerus. Indonesia memiliki sesar aktif tersebut, di antaranya sebagai berikut.
- Sesar Sumatera. Ini ialah jenis sesar aktif dekstral nan sering mengakibatkan gempa tektonik di Sumatera, mulai dari Kota Banda Aceh nan terletak di ujung barat bahari hingga Kota Agung di ujung tenggara. Kecepatan nan ditunjukkan oleh sesar ini bervariasi mulai dari 4-6 mm per tahun di sekitar Danau Ranau, 15 mm per tahun di sekitar Danau Maninjau, dan 27 mm per tahun di sekitar Danau Toba. Aktifnya gerakan sesar Sumatera ini berpotensi menimbulkan kerusakan di sepanjang daerah nan dilingkupinya. Aktivitas sesar ini dapat dipantau menggunakan metode deformasi nan sinkron dengan hasil survei pengamatan melalui GPS atau Global Positioning System .
- Sesar Palu. Patahan ini terjadi di sepanjang Palu ke selatan tenggara melalui bagian utara Sulawesi Selatan serta Teluk Palu menuju ke Selatan Bone sampai ke Bahari Banda. Banyak peneliti nan berpendapat jika sesar Palu ini merupakan sesar nan sangat berbahaya. Adanya aktivitas sesar ini membuat beberapa wilayah menjadi rawan gempa tektonik. Wilayah itu ialah Kota Palu, Toli-Toli, Kabupaten Buol, dan Donggala.
- Sesar Gorontalo. Patahan ini terbentang dari arah barat bahari ke tenggara yaitu dari Bahari Sulawesi melalui Gorontalo hingga wilayah perairan Teluk Tomini.
- Sesar Saddang. Patahan ini memanjang di pesisir pantai nan melintasi sekaligus memotong secara diagonal wilayah Sulawesi Selatan bagian tengah, Sulawesi Selatan bagian selatan, dan Bulukumba ke arah Pulau Selayar sebelah timur.
- Sesar Matano. Patahan ini terbentang dari bagian tengah Pulau Sulawesi sampai perairan Teluk Tolo serta Bahari Banda. Sesar Matano juga melintasi Kabupaten Poso dan Morowali di sebelah selatan. Aktivitas sesar Matano diperkirakan jauh lebih besar daripada aktivitas sesar Palu. Ada potensi gempa tektonik pada bagian timur nan diperkirakan datangnya bersamaan dengan tsunami. Wilayah rawan gempa tektonik itu ialah Kecamatan Bungku Tengah dan Bungku Barat, Kabupaten Morowali.
- Sesar Cimandiri. Patahan aktif nan terdapat di wilayah Jawa Barat ini tepatnya berada di Sukabumi Selatan. Sesar Cimandiri terbagi atas lima bagian, yaitu dimulai dari Pelabuhan Ratu ke Citarik, Citarik ke Cadasmalang, Cicereum ke Cirampo, Cirampo ke Pangleseran, dan Pangleseran ke Gandasoli. Sesar Cimandiri berpotongan dengan sesar Cicareuh, sesar Cicatih dan sesar Citarik nan cukup besar aktivitasnya. Potensi gempa tektonik di sesar ini terbilang cukup besar. Tercatat telah terjadi sejumlah gempa di beberapa wilayah sekitar Cimandiri selama kurun waktu tahun 1900 hingga tahun 2001.
- Sesar Ransiki. Patahan nan terdapat di salah satu wilayah Papua, Ransiki, termasuk dalam salah satu peta gempa tektonik terbaru di Indonesia. Pergeseran sesar Ransiki per tahunnya mencapai 8,5 milimeter. Gempa tektonik dampak divestasi energi pada sesar ini paling besar pernah mencapai 7,6 skala Richter. Sesar ini menjadi pencetus gempa nan wajib diwaspadai kaena potensi geserannya nan tinggi. Ia bergerak dari utara ke selatan dengan sumber gempa hingga mencapai 45 kilometer.
Gempa Tektonik - Istilah-istilah Gempa
Ketika gempa terjadi dan disiarkan melalui televisi, radio, internet dan sejumlah media elektronik, muncul beberapa istilah nan kemudian mengemuka. Ada baiknya Anda mengenal istilah-istilah gempa tersebut agar lebih memahami bagaimana ciri gempa nan baru dan akan terjadi.
- Skala Richter merupakan skala nan digunakan buat mengukur kekuatan gempa bumi jenis apapun nan terjadi. Disebut richter sinkron dengan nama penemunya, yaitu Charles Richter, seorang seismolog berkebangsaan Amerika Serikat.
- Seismologi merupakan ilmu nan mempelajari tentang gempa bumi. Tidak hanya itu, seismologi juga mempelajari gas dan minyak bumi nan terkandung dalam bumi. Alat nan digunakan buat mencatat gempa secara periodik ialah seismograf. Sementara hasil penggambaran seismograf nan berupa garis-garis putus disebut dengan seismogram.
- Hiposentrum merupakan pusat gempa di kedalaman bumi. Posisi pusat gempa dilihat melalui pengukuran gelombang seismik, yaitu gelombang energi nan terdeteksi oleh seismograf dampak adanya ledakan atau patahan kerak bumi.
- Episentrum merupakan pusat gempa di permukaan bumi. Letaknya berada tepat di atas hiposentrum. Jeda dari episentrum ke stasiun pencatat gempa disebut episentral.
- Plestoseista merupakan garis khayal atau imajiner nan menjadi batas di seputar episentrum nan mengalami kerusakan parah dampak gempa bumi.
- Homoseista merupakan garis khayal nan terdapat pada permukaan bumi nan fungsinya menjadi penanda gelombang gempa utama pada waktu nan bersamaan.
- Isoseista merupakan garis nan terdapat pada peta gempa nan berfungsi menghubungkan beberapa wilayah dengan kerusakan fisik nan sama.
- Mikroseista. Merupakan gempa nan tergolong halus getarannya dan tercatat pada seismograf. Gempa jenis ini tak bisa dirasakan.
- Makroseista merupakan gempa nan sangat dahsyat getarannya dan dapat dirasakan meski tak melihat seismograf.
- Earthquake Swarm merupakan kumpulan gempa nan terjadi pada satu lokasi eksklusif dan umumnya gempa ini tak tergolong gempa tektonik, tetapi tergolong ke dalam gempa vulkanik