1929/1949
Pada 16 Desember 1899, Alfred Edwards dan Herbert Kilpin membentuk sebuah klub olahraga nan dinamai Milan Cricket and Football Club. Saat itu, memang banyak pedagang Inggris nan membuat klub sepakbola di Italia sebab euforia sepakbola di negerinya sendiri. Penamaannya sendiri merupakan pelafalan nama kota dalam bahasa Inggris, sebab aslinya nama kota tersebut ialah Milano.
Edwards ialah seorang mantan wakil konsul Inggris di Milan, dan sangat populer di kota tersebut. Beliau ialah presiden klub pertama nan terpilih. Cricket dan sepak bola ialah dua jenis olahraga nan sangat berkembang pada waktu itu. Klub kricket dipegang oleh Edward Berra dan sepak bola dipegang oleh David Allison.
Sejarah Terbentuknya AC Milan
Klub ini didirikan oleh dua orang ekspatriat Inggris, yaitu Herbert Kilpin dan Alfred Edwards dengan nama Klub Kriket dan Sepakbola Milan pada tanggal 16 Desember 1899. Pada saat itu, Edwards menjadi Presiden klub pertama AC Milan dan Kilpin menjadi kapten tim pertama Milan.
Musim 1901, Milan memenangkan gelar pertamanya sebagai jawara sepak bola Italia, setelah mengalahkan Genoa C.F.C 3-0 di final Kejuaraan Sepakbola Italia. Pada tahun 1908, sebagian pemain dari Italia dan para pemain dari Swiss nan tak menyukai penguasaan orang Italia dan Inggris dalam skuat inti Milan saat itu, memisahkan diri dari Milan dan membentuk Internazionale.
Sejarah Rossoneri bertaburan dengan nama-nama legendaris nan memiliki kontribusi besar terhadap perkembangan klub, apakah itu para presiden, instruktur atau pemain. Presiden pertama ialah seorang expatriate asal Inggris, Alfred Edwards, nan menyaksikan klub itu meraih gelar pertamanya – hanya dua bulan setalh didirikan. Presiden dengan kesuksesan terbanyak ialah Silvio Berlusconi nan telah membawa Milan ke puncak global sejak berkuasa pada 1986.
Sebuah tim besar membutuhhkan seorang instruktur besar pula dan Milan jelas pernah ditangani oleh sejumlah talenta besar. Sosok-sosok seperti Gipo Viani, Nereo Rocco dan Nils Liedholm ialah para jagoan di era awal dan mereka diikuti oleh Arrigo Sacchi dan Fabio Capello nan membawa strategi dan taktik tim ke level baru nan banyak disebut-sebut sebagai pendekatan modern terhadap sepakbola. Seiring dengan itu, masing-masing dari mereka juga memastikan timnya memainkan sepakbola spektakuler.
Kejayaan di era Berlusconi diawali oleh Sacchi dan diikuti oleh Capello nan memenangi banyak trofi. Sacchi memenangi Piala Eropa secara beruntun bersama sebuah tim nan dianggap sebagai salah satu tim terhebat sepanjang sejarah, juga merebut gelar Serie A title, dua Piala Interkontinental dan Piala Super Eropa. Capello meneruskan itu dengan empat gelar liga, satu Piala Eropa dan satu Piala Super Eropa.
Alberto Zaccheroni mempertahankan tradisi hebat itu dengan membawa timnya merebut gelar perserikatan di tahun pertamanya sebelum Fatih Terim mengambil alilh buat waktu nan singkat dan kemudian menyerahkan kekuasaannya kepada Carlo Ancelotti nan kepiawaian manajemennya telah membawa Milan kembali ke puncak di Italia dan Eropa.
Era Awal Perjalanan AC Milan
1929/1949
Era 1920-an ialah periode konsolidasi untuk Rossoneri di mana tim ini tidak membuat gebrakan besar di lapangan. Klub ini mengubah namanya dari Milan F.C. menjadi Milan Associazione Sportiva, dan menyusul sejumlah perubahan di level atas kepengurusan, Umberto Trabattoni menjadi presiden pada 1940. Itu ialah posisi nan didudukinya hingga 1954. Tim ini melewati periode naik dan turun, tapi biasanya mengakhir musim di papan tengah dan sporadis finis di posisi empat teratas.
Perang Global II membuat sepakbola terhenti hingga musim 1946-1947 ketika kejuaraan kembali digelar di mana setiap tim hanya sekali saling berhadapan. AC Milan sukses finis di posisi keempat di bawah raksasa Torino, Juventus dan Modena. Dalam dua musim berikutnya ada sesuatu seperti momen kelahiran kembali di mana tim ini finis di loka kedua dan ketiga, dengan Torino sebagai kampiun dalam kedua kesempatan itu.
1949/1955
Kehadiran Gunnar Nordhal menandai awal era baru untuk tim Rossoneri nan sudah terlalu lama dianggap sebagai pelengkap dalam urusan gelar liga. Selain Nordhal, nan menjadi top skorer perserikatan dengan 35 gol di musim 1949/1950, dua pemain Swedia lainnya bergabung ke tim Nils Liedholm dan Gunnar Gren. Ketiganya, bersama dengan kiper Lorenzo Buffon, merupakan penambahan kekuatan nan dibutuhkan tim ini.
AC Milan memenangi gelar keempat di musim 1950/1951 dan melengkapi tahun bersejarah itu dengan merebut Piala Latin. Sukses terus berdatangan dan Nordahl merupakan top skorer perserikatan buat tiga musim beruntun, 1952/1953, 1953/1954 dan 1954/1955. Dalam musim terakhirnya, sang kapten mengantar Rossoneri meraih gelar perserikatan satu lagi. Pada 1954, Juan Alberto Schiaffino, nan dijuluki "Pepe", dibeli dari Penarol dan menjadi salah satu pemain top dalam tim ini selama beberapa tahun ke depan.
1955/1960
Musim 1955/1956 menjadi saksi keikutsertaan Milan dalam edisi pertama Piala Champions di mana mereka kalah dari tim nan kemudian jadi juara, Real Madrid, di semifinal, tapi mereka sukses merebut Piala Latin buat kali kedua saat mereka menang 3-1 atas Athletic Bilbao di final.
Dengan kehadiran instruktur baru Gipo Viani nan menangani tim ini, Milan memenangi gelar perserikatan di musim 1956/1957, tapi kejutan sesungguhnya musim itu ialah striker Gastone Bean, nan mencetak 17 gol.
Setahun kemudian, tim itu menjadi lebih kompetitif ketika Jose Altafini bergabung dalam tim pemain Brasil itu merebut hati para fans dengan skill dan keceppatannya bersama-sama kapten "tua" Liedholm, Cesare Maldini dan "Pepe" Schiaffino, playmaker tidak terlupakan di lini tengah, Milan memenangi gelar di akhir persaingan seru dengan Fiorentina.
Schiaffino, salah satu dari beberapa pemain nan pantas mendapat gelar kampiun sejati, memainkan musim terakhirnya di tim Milan nan gagal bersinar dalam kejuaraan, tapi setidaknya Rossoneri sukses mengatasi rival sekota, Inter, 5-3 dalam derby musim semi, di mana Altafini mencetak 4 gol.
1970/1985
Salah satu periode paling gelap dalam sejarah Milan di mana klub ini tidak dapat banyak berpesta. Satu-satunya titik terang datang saat tim ini dianugerahi kehormatan buat memakai 'Bintang' di kostum mereka setelah memenangi gelar perserikatan ke-10, pada 1979. Tim ini juga tiga kali merebut Piala Italia serta satu Piala Winners Eropa.
Juara Italia ini dilatih oleh Nils Liedholm, nan memberikan debut kepada seorang pemain muda nan kemudian bakal menjadi kapten dan salah satu bek terbaik di global Franco Baresi. Franco nan hebat ini bermain dalam laga kompetitif pertamanya untuk Milan pada 23 April 1978 dalam kemenangan 2-1 atas Verona.
Tahun-tahun ini juga diwarnai datang dan perginya banyak instruktur dan pengunduran diri gelandang legendaris Gianni Rivera nan diangkat menjadi wakil presiden klub.
Delapan tahun pertama dari 1980-an menjadi saksi turunnya baku nan sebelumnya sangat tinggi di mana tim ini bermain selama dua musim di Serie B. Meski begitu, tidak semuanya merupkan kabar jelek sebab Paolo Maldini naik ke pentas sepakbola saat ia membuat debutnya pada 20 Januari 1985 dalam sebuah hasil imbang 1-1 versus Udinese. Paolo, tentu saja, kemudian mengikutin jejak Baresi dan menjadi kapten tim ini meraih berhasil di dalam dan luar negeri.
Rossoneri
Warna merah dan hitam dipilih sebagai rona kostum klub oleh David Allison. Dari rona itulah muncul julukan rossoneri (rosso = merah, nero = hitam). Rona ini dipilih sebab dianggap mewakili semangat berapi-api dan tidak takut menantang tim mana pun. Sementara, lambang klub diambil dari lambang kota Milano dengan singkatan ACM dan pada 1899 sebagai tahun berdirinya klub.
Tim pertama ditangani oleh instruktur Herbert Kilpin. Mereka menggunakan stadion San Siro. Penyebutan nama San Siro digunakan oleh suporter AC Milan, sementara sebutan Guiseppe Meazza digunakan oleh pendukung Intermilan, walaupun sebenarnya kedua stadion itu sama. Penggunaan nama Guiseppe Meazza oleh pendukung Intermilan sebab itu ialah nama pemain bintang dari klub tersebut.
Pada 1900, mereka memenangkan trofi pertama nan bertajuk Medaglia del Re (Medali Raja). Kemudian, 1901, 1906, dan 1907 mereka memenangkan perserikatan nasional. Mulai memasuki 1908, petinggi Milan (sebutan singkat nama klub) mempertimbangkan buat pemakaian pemain asing. Hal tersebut nan memicu perpecahan. Beberapa pemain hengkang dari klub dan mendirikan FC Internazionale Milano atau nan dikenal sebagai Intermilan.
Pada 1916, AC Milan memenangkan piala nasional nan telah berganti nama menjadi Perserikatan Italia. Namun, kemenangan mereka dibatalkan sebab pecahnya Perang Global I. Pada 1919, tim ini berganti nama menjadi Milan Football Club. Setelah kemenangan pertama pada tahun itu, mereka tak dapat melanjutkan kejayaannya, walaupun tetap bermain di Serie A.
Rezim Fasis
Pada 1939, rezim fasis menerapkan kebijakan italianisasi. Artinya, semua nama tempat, simbol, atau apa pun harus menggunakan bahasa Italia. Itulah sebabnya klub ini berganti nama menjadi Associazione Calcio Milano.
Setelah Perang Global II berakhir, rezim fasis runtuh, nama tersebut ditinggalkan. Awalan ‘Associazione Calcio’ tetap digunakan, sedangkan nama ‘Milan’ sebagai nama klub dikembalikan semula. Sejak itu, nama klub AC Milan tetap bertahan sampai sekarang.
Sampai saat ini, Milan merupakan salah satu klub tersukses di Italia, bahkan dunia. Klub ini telah memenangkan 17 kali kampiun Serie A (scudetto), 5 kali kampiun Coppa Italia, 5 kali Piala Super Italia, 7 kali trofi Perserikatan Champions, 4 kali Piala Super Eropa, dan 3 kali Piala Interkontinental.