Allah Menegur Umat di Negeri Pertiwi Lewat Gempa Yogyakarta
Gempa Yogyakarta ialah satu dari sekian banyak gempa nan pernah terjadi di Bumi Pertiwi. Contoh lain ialah gempa bumi di Aceh nan berakhir tsunami dan gempa bumi di Padang nan meluluhlantakkan kota hingga pelosok desa. Banyaknya korban jiwa nan jatuh dan kerugian materi nan tak sedikit dampak gempa bumi sudah tak terhitung lagi.
Dari sisi ilmu pengetahuan pakar sains mendefinisikan, bahwa gempa bumi merupakan kenyataan alam nan mengiringi proses tumbuh dan berkembangnya bumi nan telah terjadi sejak jutaan tahun nan lalu, berupa getaran atau goncangan tanah nan diawali oleh patahnya lapisan tanah atau batuan di dalam kulit bumi, dan diikuti divestasi energi secara mendadak.
Gempa bumi mamiliki sifat alamiah. Sampai sekarang gempa ini belum dapat dicegah dengan teknologi apapun. Manusia hanya dapat berusaha meminimalisasi dampak nan telah ditimbulkan.
Sementara dari sisi kacamata awam masyarakat menilai bahwa gempa bumi merupakan bagian dari bala sebab sanksi Allah akibar maksiat nan berlaku di sebuah negeri. Definisi ini senada dengan pandangan dari sisi islam. Sebuah bala tak akan datang tanpa didahului oleh adanya kemaksiatan.
Pasca Gempa Yogyakarta
Perlu diketahui oleh masyarakat awam sebagai pengetahuan mengenai pembagian gempa bumi nan sering terjadi di Tanah Air. Berdasarkan penyebabnya gempa bumi diklasifikasikan menjadi dua, yaitu gempa bumi vulkanik, dan tektonik.
Gempa bumi vulkanik terjadi dampak adanya aktivitas magma, nan biasa terjadi sebelum gunung barah meletus. Sedangkan gempa bumi tektonik disebabkan oleh pergeseran lempeng-lempeng tektonik secara mendadak nan mempunyai kekuatan dari nan sangat kecil hingga nan sangat besar. Dilihat dari jenis gempa tersebut, gempa Yogyakarta termasuk ke dalam gempa bumi tektonik.
Secara geografis Yogyakarta dan sekitarnya ada di lingkup dua lempeng nan aktif, yaitu lempeng Eurasia dan lempeng Indo Australia. Lempeng-lampeng ini membentang mulai dari belahan selatan Nusa Tenggara sampai belahan barat Sumatera. Benturan lempeng-lempeng ini nan menjadi penyebab gempa di Yogyakarta dan sekitarnya.
Gempa bumi enam tahun nan lalu di Yogyakarta tentunya masih membekas diingatan masyarakat Indonesia, Yogyakarta khususnya. Meskipun berkekuatan 6.2 SR, tapi gempa Yogyakarta terasa hampir sama dengan gempa sebesar 8,0 SR di Sumatera.
Gempa nan berkekuatan 6.2 skala richter tersebut berlangsung selama 57 detik, kurang dari semenit. Tapi dampaknya sangat dahsyat. Tercatat ada sekitar 6.234 korban jiwa. Sementara itu puluhan ribu orang mengalami luka-luka, 154.000 rumah hancur total dan 260.000 rumah mengalami kerusakan.
Selain menenelan korban jiwa dan kerugian materi, gempa Yogyakarta juga membawa akibat nan sangat jelek di dalam beberapa bidang. Mulai dari bidang pendidikan sebab banyaknya sekolah nan roboh sehingga para siswa kehilangan wahana belajar.
Bidang usaha kerajinan dan juga di bidang pariwisata sebab lengangnya wisatawan nan datang ke kota nan terkenal sebagai kota pendidikan itu pasca gempa yogyakarta terjadi. Siapa nan menyangka, hanya dalam waktu kurang dari semenit ribuan nyawa melayang dampak bala alam nan bernama gempa bumi.
Gempa Yogyakarta terjadi pada tanggal 27 Mei 2006 lalu. Secara makro gempa ini dipicu oleh bergeraknya lempeng Indo-Australia k dengan kecepatan 7 cm per tahun. Pusat gempa diperkirakan berada pada posisi 10 km sebelah timur sesar Opak. Hal ini berdasarkan hasil penelitian dari Tim Geothermics dari Kyushu University. Penelitian ini dipimpin oleh Prof. Sachio Ehara tentang aftershocks gempa Yogyakarta.
Indonesia bukanlah satu-satunya negara nan mengalami gempa. Hampir seluruh wilayah di permukaan bumi ini mengalami kenyataan alam nan sama. Tapi dengan kekuatan dan waktu nan berbeda. Ada sekitar 50 gempa nan cukup kuat setiap harinya. Gempa ini terjadi di seluruh dunia. Bahkan menurut USGS ada sekitar 1,5 juta kali gempa dengan kekuatan di atas 2 SR terjadi setiap tahun.
Makna Bala dari Sudut Pandang Islam
Masyarakat modern akan menepis jauh-jauh pemikiran tentang gempa bumi dan bala nan datang dampak kemaksiatan. Hal ini terjadi sebagai azab dari Allah Subhanahu wata'ala. Mereka menilai bahwa bala di Aceh, gempa bumi di Padang dan gempa Yogyakarta ialah bagian dari kenyataan alam nan alami terjadi.
“ So Please deh , tsunami di Aceh dan gempa Yogyakarta jangan dikaitin dengan maksiat gitu dong !”
Itu ialah sepahit-pahitnya contoh komentar dari sudut pandang anak gaul nan hayati di kota besar. Tapi akan jauh berbeda jika nan berkomentar ialah seorang anak pesantren dari sudut pandang islami nan hayati di pelosok Negeri. Seorang muslim nan beriman akan menafsirkan sebuah bala sebagai teguran dari Allah.
Sebagaimana nan ditegaskan oleh Allah SWT lewat firman-Nya dalam Al Quran, bahwa kemaksiatan manusia akan menyebabkan berbagai kerusakan di lautan dan di daratan lebih banyak.
“ Telah tampak kerusakan di daratan dan di lautan sebab ulah (kemaksiatan) manusia supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian dampak perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan nan benar) (QS ar-Rum [30]: 41).
Kemaksiatan nan terjadi di mana-mana ialah dampak dari sudah tipisnya iman. Syariat dan hukum-hukum Allah SWT telah dicampakkan oleh manusia dan tak lagi diterapkan di dalam kehidupan.
Di dalam surat Taha ayat 124 Allah Subhanahu wata'ala berfirman,
" Dan sesiapa nan berpaling ingkar dari ingatan dan pertunjuk-Ku, maka sesungguhnya ialah baginya kehidupan nan sempit, dan Kami akan himpunkan dia pada hari kiamat dalam keadaan buta " (QS Taha (20) : 124).
Di dalam ayat tersebut jelas ditekankan oleh Allah agar manusia menerapkan syariah (Al Quran dan hadist) sebagai pegangan hayati di setiap bidang kehidupan tanpa terkecuali. Tapi jika manusia berpaling dari syariah-Nya, maka kesempitan hiduplah nan akan didapat. Di antaranya ialah ditimpakan berbagai bala sebagai bentuk teguran dari Yang Kuasa.
Allah Menegur Umat di Negeri Pertiwi Lewat Gempa Yogyakarta
Taqwa kepada Allah merupakan sumber dari keberkahan. Sedangkan kemaksiatan merupakan sumber dari bencana. Baik kemaksiatan dalam bentuk mengabaikan syariah Islam maupun melakukan kerusakan pada lingkungan. Penebangan liar, pembalakan hutan dan pengalian pasir ilegal nan merupakan bentuk kemaksiatan juga.
Segala bentuk kemaksiatan akan menjadi faktor penyebab datangnya berbagai bala nan menimpa umat. Bala tersebut tak hanya akan menimpa pelaku kemaksiatan, tapi juga muslim beriman nan berada di Negeri itu. Sebagaimana firman Allah dalam Al Quran mengenai bala nan tak hanya menimpa pelaku maksiat, tapi juga orang lain nan berada di sekitar mereka.
" Peliharalah diri kalian dari siksaan nan tak spesifik menimpa orang-orang zalim saja di antara kalian. Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya ." (QS al-Anfal : 25)
Bencana nan datang merupakan bentuk teguran Allah terhadap perbuatan manusia nan telah melampaui batas. Telah banyak contoh nan ditunjukkan Allah sebagai bentuk pelajaran bagi umat sekarang. Ini dimaksudkan agar umat manusia tak melakukan dosa dan kemaksiatan nan sama nan pernah terjadi pada orang-orang terdahulu.
Di dalam Al Qur’an diceritakan tentang kutukan nan ditimpakan Allah kepada kaum Tsamud dan ’Ad. Di masa Nabi Shaleh as. kaum ini terkenal sebagai kaum para pembangkang. allah menenggelamkan mereka ke dasar bahari melalui kejadian angin ribut dan gempa bumi nan dahsyat. Hal ini seperti nan ditegaskan dalam Al Qur'an.
“ Karena itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat nan bergelimpangan di loka tinggal mereka .” (QS Al A'Raff : 78)
Seorang pemimpin nan beriman tak akan mau menjerumuskan rakyatnya ke dalam kemaksiatan. Begitu juga dengan rakyat nan beriman tak akan mau mencelakakan pemimpin mereka dengan membangkang dari anggaran nan ada.
Tapi rakyat berhak buat tak patuh kepada pemimpin. Hal ini dapat terjadi jika pemimpin tersebut mengajak kepada kemungkaran dan tak mengindahkan syariah Allah sebagai panduan di dalam kehidupan.
“ Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi .” (QS al-A’raf : 96)
Ayat di atas menjadi pengingat sekaligus pelajaran bagi kita. Jika di sebuah negeri penduduknya beriman dan bertaqwa kepada Allah, lalu mengindahkan syariah sebagai panduan hidup, maka Allah niscaya akan melimpahkan keberkahan di negeri tersebut.
Sebaliknya, jika di sebuah negeri terjadi kemaksiatan, korupsi dan penyelewengan kekuasaan pemimpin, serta syariah tak lagi dihiraukan, maka tidaklah mengherankan kalau Allah mendatangkan bencana. Hal ini sebagai bentuk sanksi sekaligus teguran bagi negeri tersebut.
Kemudian nan menjadi pertanyaan bagi kita semua adalah, apakah gempa Yogyakarta, tsunami di Aceh, dan gempa bumi di Padang dan beberapa kota lainnya ialah bentuk teguran dari Allah sebab telah merajalelanya maksiat di Tanah Air ini? Wallahualam !