Akibat Gempa Tektonik
Gempa bumi tektonik ialah gempa nan paling sering muncul di Indonesia. Gempa tektonik disebabkan oleh adanya pergeseran lempengan-lempengan kulit bumi nan secara monoton bergerak. Dari konvoi lempengan kulit bumi inilah pada saat eksklusif antar lempengan tersebut terjadi tabrakan, patahan, atau gesekan.
Apa Kata Ahli?
Menurut para ahli, gempa tektonik sebenarnya terjadi setiap saat. Hanya saja skalanya tak dirasakan langsung oleh manusia. Pergeseran lempengan dan arah gesernya bermacam-macam. Ada nan ke arah vertikal, arah horizontal, resultan dari vertikal dan horisontal atau kombinasi dari keduanya.
Penyebab dari gempa tektonik ialah adanya pergeseran lempengan kulit bumi. Seperti nan diketahui bahwa bumi terus bergerak. Konvoi ini menyebabkan terjadinya gempa tektonik.
Gempa tektonik paling banyak terjadi di daerah nan berada pada tapal-tapal batas lempengan tektonik. Lempengan-lempengan tersebut bergerak dan saling berdesakan antara satu dengan nan lainnya. Dampak dari desakan-desakan lempengan tektonik tersebut maka terjadilah penimbunan energi secara perlahan namun pasti. Energi nan terbentuk makin lama makin membesar.
Karena energi nan disimpang terlalu besar maka akhirnya dikeluarkan atau dilepaskan. Divestasi energi dampak konvoi lempengan tektonik nan selalu bergerak tersebut menyebabkan terjadinya gempa tektonik.
Gempa tektonik memiliki kekuatan nan jauh lebih besar jika dibandingkan dengan gempa nan dihasilkan oleh gempa vulkanik. Gempa vulkanik ialah gempa nan dihasilkan oleh gunung berapi atau gunung vulkanik.
Rata-rata gempa nan dihasilkan oleh gunung vulkanik tidaklah terlalu besar. Hal ini disebabkan sebab tak semua energi nan dimiliki oleh gunung dikeluarkan atau dilepaskan melalui getaran. Sebagian energi nan lainnya dikeluarkan atau dilepaskan dalam bentuk suara. Dengan demikian gempa nan dihasilkan pun tak sedahsyat nan dihasilkan oleh gempa tektonik.
Berdasarkan klarifikasi singkat tersebut berarti gempa tektonik tidaklah sama dengan gempa vulkanik. Gempa tektonik disebabkan oleh adanya pergeseran lempeng bumi, sedangkan gempa vulkanik disebabkan oleh letusan gunung berapi atau gunung vulkanik.
Indonesia termasuk ke dalam negara nan rawan terhadap kedua jenis gempa ini, baik gempa tektonik maupun gempa vulkanik. Hal ini disebabkan sebab Indonesia memiliki banyak sekali gunung berapi. Indonesia juga berada di wilayah sekitar tapal batas lempeng bumi. Tapal batas lempeng bumi nan ada di sekitar Indonesia yaitu, lempeng Filipina, Lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Indo-Australia.
Banyaknya lempeng dan gunung berapi nan masih aktif di sekitar wilayah Indonesia dapat menjadi pertimbangan akan waspada gempa bumi. Baik itu termasuk gempa vulkanik maupun gempa tektonik.
Bahaya lain nan disebabkan oleh gempa ialah adanya bahaya tsunami seperti nan telah terjadi di Aceh. Wilayah nan ada di Aceh disapu higienis seperti menyiramkan air di pasir. Semua pesisir pantai hilang terabrasi dampak gelombang besar dari tsunami nan datang tiba-tiba dan menghantam bibir pantai pulau sumatera tersebut.
Tsunami ialah istilah nan dipakai oleh Jepang buat menyebut gelombang gempa laut. Tsunami lebih sering terjadi dampak adanya gempa tektonik nan kuat nan berada di dalam laut. Selain itu, gempa tektonik tersebut juga harus terjadi di dalam lautan nan dangkal.
Gempa nan masuk dalam kategori gempa nan kuat ialah gempa nan memiliki kekuatan skala lebih dari 6,5 skala ricther. Alat nan digunakan buat mengukur kekuatan gempa tersebut dinamakan dengan seismograph. Kedalaman bahari nan dapat memicu terjadinya tsunami ialah gempa nan terjadi pada bahari nan dangkal yakni pada kedalaman kurang dari 50 km.
Walaupun tsunami biasa terjadi dampak dari adanya gempa tektonik, tetapi gempa vulkanik juga mampu menyebabkan terjadinya tsunami. Seperti nan pernah terjadi pada tahun 1883. Tahun ini merupakan tahun nan kelam, dimana selama beberapa hari terjadi awan hitam dan hujan abu dampak letusan dari gunung ini. Bahkan abunya sampai ke wilayah eropa.
Gunung ini menjadi legendaris sebab letusannya nan luar biasa hebatnya. Nama dari gunung ini ialah Gunung Krakatau. Saat meletus gunung ini menyebabkan terjadinya gelombang tsunami nan tingginya mencabai lebih dari 30 m ketika menyentuh bibir pantai.
Di pusat sumbernya sendiri, gelombang tsunami tak begitu terasa. Hal ini dikarenakan gelombang nan dihasilkan sangat panjang dan besar. Diperkirakan panjang gelombang nan terjadi waktu itu ialah sekitar 200 km. Baru mendekati pantai gelombang tsunami dapat dirasakan kedahsyatanya.
Semoga bala tersebut tak terulang kembali. Walaupun sekarang masih ada gunung nan sama sebagai pengganti dari Gunung Krakatau. Gunung itu disebut sebagai Gunung Anak Krakatau. Semoga gunung ini tak seperti pendahulunya nan sempat mengegerkan global dampak dahsyatnya letusannya.
Contoh Gempa Tektonik
Banyak contoh gempa tektonik nan telah terjadi di bumi Indonesia. Gempa Bengkulu tahun 1979 dan tahun 2000, gempa bumi dan tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004, gempa Sumatra pada 28 Maret 2005, gempa Yogyakarta 27 Mei 2006, gempa Mentawai 25 Oktober 2010 dan gempa padang 3 Desember 2010.
Hal ini disebabkan sebab letak Indonesia nan berada di antara tiga lempeng primer dunia. Tiga lempeng global itu ialah lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia. Ditambah, Indonesia berada di posisi r ing of fire . Hal inilah nan menjadikan Indonesia sering sekali merasakan bala alam nan berupa gempa bumi dan letusan gunung berapi.
Akibat Gempa Tektonik
Akibat dari gempa tektonik jauh lebih dahsyat dibanding gempa vulkanik. Gempa tektonik banyak menghilangkan nyawa manusia. Jumlah nan tewas dan hilang mencapai ribuan manusia. Rumah, gedung, jalan, pohon, kendaraan, dan semua nan ada di atas permukaan bumi menjadi porak poranda. Yang tersisa hanyalah puing-puing kehancuran wahana dan prasarana kehidupan manusia.
Banyak sekali duka nan ditinggalkan dampak gempa tektonik. Apalagi nan ditambah dengan gelombang tsunami. Tentunya akan lebih menambah kerusakan nan terjadi di daratan. Gempa juga akan menghambat terjadinya pembangunan karena pabrik-pabrik dan usaha nan sudah ada hancur dampak dari gempa dan tsunami.
Seperti nan terjadi di Aceh. Pada waktu itu sempat terjadi gelombang tsunami nan besar. Akibatnya banyak sekali rumah dan gedung pemerintahan nan hancur. Akhirnya banyak sekali aktivitas perekonomiany ang terhenti dampak dari bala tsunami tersebut.
Dampak lain nan juga tak kalah krusial ialah trauma nan dialami oleh korban nan selamat. Trauma atau akibat psikis nan timbul dari adanya gempa tektonik juga patut diperhitungkan agar dapat cepat kembali bangkit dari keterpurukan.
Situasi dan Penanganan Gempa Tektonik
Gempa tektonik nan pernah terjadi di Yogyakarta merupakan salah satu nan masuk dalam kategori kuat. Gempa tektonik ini mempunyai kekuatan 5.9 pada skala Richter. Gempa ini menyebabkan korban tewas nan cukup tinggi sebab terjadi pada saat sebagian besar orang masih tidur, yaitu pada pukul 05.55 WIB. Gempa Yogyakarta ini berlangsung selama 57 detik. Skala nan besar dan durasi lama inilah nan kemudian banyak memakan korban.
Gempa Yogyakarta ini telah meluluhlantahkan sebagian besar Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sebagian wilayah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Gempa tektonik di daerah Istimewa Yogyakarta ini sempat membuat panik warga Bantul, Sleman, dan Yogyakarta.
Sesaat setelah gempa tektonik terjadi, maka muncullah kabar terjadinya tsunami. Hal ini membuat situasi nan sudah rancu balau menjadi lebih parah lagi. Memang hal ini dapat dimaklumi, masyarakat masih trauma dengan terjadinya gempa dan tsunami nan luar biasa di Aceh.
Masyarakat waktu itu telah dikacaukan oleh informasi nan sangat terburu-buru oleh sebuah radio partikelir nan ada di Yogyakarta nan mengatakan bahwa telah terjadi tsunami di pantai selatan Yogyakarta. Akan tetapi anehnya, masyarakat Yogyakarta nan ada di sisi utara Yogyakarta justru lari menyelamatkan diri ke arah pantai sebab ada isu Gunung Merapi meletus.
Dari pengalaman gempa tektonik di Yogyakarta, sebaiknya pihak pemerintah mulai melakukan sistem informasi penanggulangan bala alam nan tertata. Sistem komunikasi bala ini melibatkan unsur Kepolisian, SAR, dan masyarakat.
Untungnya, di masyarakat Yogyakarta ada sebuah komunitas Radio Komunikasi (HT) partikelir nan mampu memberikan informasi valid dan mutakhir terhadap apa nan terjadi di seluruh kota Yogyakarta, Sleman, Bantul, Jawa Tengah, dan sekitarnya.