Ekonomi dan Gempa Jepang
Gempa Jepang bukanlah hal nan asing dan sesuatu nan ditakutkan dan dikhawatirkan oleh bangsa Jepang. Gempa Jepang nan sudah menjadi sahabat bagi bangsa Jepang itu malah dijadikan suatu pijakan buat bekerja lebih keras dan mencari jalan agar lebih 'bersahabat' dengan gempa dengan kekuatan berapa pun.
Ketegaran bangsa Jepang dalam menghadapi gempa Jepang benar-benar seperti angin sejuk dalam kedukaan. Betapa mereka seolah tak pernah masuk ke dalam jurang kesedihan dan kenestapaan nan begitu dalam ketika musibah gempa Jepang terjadi.
Gempa Jepang nan Dahsyat
Gempa Jepang bukannya asal gempa dengan kekuatan 1-4 skala Richter. Gempa Jepang ialah gempa dengan kekuatan nan mampu memporakporandakan bangunan dan menyebabkan tsunami nan dahsyat. Gempa Jepang dapat mencapai hampir 9 skala Richter. Suatu kekuatan gempa nan dapat meratakan semua bangunan nan ada di sebuah kota.
Kalau saja bangunan di Jepang sekualitas bangunan di Indonesia, maka jumlah korban jiwa pastilah mencapai ratusan ribu. Hal ini mengingat betapa padatnya penduduk Jepang.
Tapi dengan kualitas bangunan nan dijaga ketat oleh pemerintah Jepang nan sangat berkomitmen menjaga keselamatan rakyatnya, jumlah korban jiwa dapat ditekan. Pada saat gempa Kobe, salah satu gempa Jepang nan cukup dahsyat, nan terjadi pada 1995 dan meratakan bangunan di Kota Kobe dan kota-kota di sekitarnya, pemerintah Jepang langsung membuat penelitian menyeluruh terhadap semua konstruksi bangunan.
Ternyata banyak bangunan nan tak memenuhi syarat dikarenakan adanya korupsi dan kolusi nan dilakukan oleh oknum pemerintahan dan para pengusaha nan bergerak di bidang konstruksi. Demi mengetahui hasil penelitian nan cukup mengecewakan itu, pemerintah Jepang langsung membuat peraturan baru dan mengkampanyekan dampak terburuk nan terjadi kalau kolusi dan korupsi masih saja dilakukan.
Kesadaran tinggi dan tanggung jawab nan sangat besar terhadap keselamatan orang lain, membuat para pengusaha dan masyarakat serta pemerintah bahu-membahu membangun kembali Kota Kobe dengan konstruksi nan jauh lebih baik. Gempa Jepang nan terjadi di Kobe itu ternyata menyisakan suatu kisah keajaiban. Keajaiban tersebut ialah masih berdiri dengan kokohnya sebuah masjid nan diberi nama Kobe Mosque.
Kobe Mosque ternyata tak hanya bertahan dari gempa Jepang nan dahsyat. Tapi masjid pertama nan ada di Jepang itu ternyata juga bertahan dari gempuran bom atom nan dijatuhkan oleh Amerika. Masjid nan dibangun pada 1928 ini hanya mengalami kerusakan sedikit. Sumbangan dari berbagai pihak termasuk nan datang dari pemerintah Arab Saudi dan Kuwait semakin menambah ketegaran dan kebermanfaatan masjid nan kini berada di pemukiman padat penduduk tersebut.
Nilai-nilai Humanisme dalam Gempa Jepang
Gempa Jepang telah membuat persatuan dan keterikatan batin bangsa Jepang semakin kuat. Gempa Jepang nan sering kali harus membaut orang Jepang memulai lagi segalanya dari nol itu, telah membuat orang Jepang saling membantu tanpa pamrih. Ketika harus antre makanan dan minuman, mereka melakukannya dengan tertib dan tak ada satu pun nan ingin menyerobot hak orang lain. Inilah salah satu keberhasilan pendidikan nan ada di Jepang.
Walaupun kenakalan dan kegersangan jiwa juga menghantui sebagian remaja Jepang nan menyebabkan mereka melakukan harakiri , kekuatan jiwa mereka buat mempertahankan hayati ternyata jauh lebih hebat dibandingkan jiwa-jiwa nan cepat menyerah pada keadaan.
Di tengah suasana tanggap darurat dampak gempa Jepang nan terjadi pada bulan Maret 2011, terlihatlah betapa cepat dan cekatannya orang Jepang menyelesaikan tugas masing-masing dalam rangka membuat keadaan pulih kembali.
Semua itu tak akan terjadi apabila pemerintah dan rakyat Jepang tak siap dalam menghadapi keadaan paling parah sekalipun dampak dari suatu gempa. Pertolongan nan cepat dengan peralatan nan canggih telah membuat perasaan cemas keluarga nan berada di luar Jepang segera terjawab.
Para pengungsi gempa Jepang begitu terurus. Pasokan makanan, minuman, dan fasilitas kebersihan segera dibangun. Kehebatan teknologi Jepang seolah didemontrasikan dalam penanganan gempa Jepang. Hasilnya ialah jalanan nan tadinya rusak, hanya dalam waktu kurang dari seminggu, jalanan nan rusak itu sudah bisa dilalui oleh peralatan berat nan mengangkut bahan-bahan makanan dan bahan-bahan pertolongan pertama terhadap korban gempa.
Para petugas dan orang-orang nan memiliki kemampuan dalam menangani tanggap darurat segera turun menyingsingkan lengan pakaian mereka. Berbagai keajaiban muncul di balik gempa Jepang, seperti ditemukannya seorang bayi nan berada dalam dekapan ibunya. Di dekat bayi tersebut ditemukan sebuah telepon genggam dengan catatan nan menunjukkan betapa sang ibu sangat mencintai anaknya.
Keajaiban itu membuktikan betapa afeksi seorang ibu mampu menyelamatkan anaknya dari kematian. Afeksi ini juga dapat menjadi salah satu indikasi keberhasilan pendidikan humanisme di Jepang diawali oleh afeksi nan dilimpahkan oleh sang ibu kepada anaknya.
Kasih sayang nan didapatkan dari kecil itu akan membentuk karakter anak nan berbudi mulia kelak. Daya juang dan daya tahan orangtua dalam mengahadapi gempa Jepang itu akan menjadi contoh nan sangat berguna bagi generasi muda Jepang, Mereka pun akan menularkan semangat mempertahankan hayati dan bersahabat dengan gempa kepada anak-anak mereka nantinya.
Selain itu, cara pemerintah Jepang nan sangat perhatian dalam mengatasi masalah juga cukup menjadi bahan pelajaran nan baik. Walaupun menurut orang Jepang sendiri mereka merasa kurang puas dengan apa nan telah dilakukan oleh pemerintahannya, bagi orang lain di luar Jepang, seperti Indonesia, perhatian pemerintah Jepang tersebut sudah lebih dari cukup.
Orang Jepang memang mempunyai baku sendiri buat menyatakan sesuatu itu baik atau tidak. Baku nan sangat tinggi inilah nan membuat mereka berusaha memberikan nan terbaik. Tanpa adanya baku nan tinggi, kebangkitan setelah gempa Jepang nan luar biasa tersebut tak akan dapat dilakukan dalam waktu nan singkat.
Lihatlah apa nan terjadi di Aceh. Setelah lebih dari 8 tahun, masih saja ada sisa-sisa kekecewaan nan dialami oleh rakyat Aceh terhadap penanganan setelah gempa dan tsunami tahun 2004 silam.
Ekonomi dan Gempa Jepang
Saat ini Jepang masih menduduki peringkat kedua di global dengan pertumbuhan ekonomi nan baik. Setelah gempa Jepang, ada kekhawatiran bahwa perekonomian Jepang akan menyusut. Tetapi apa nan terjadi ialah dengan sangat sigap semua komponen penggerak ekonomi Jepang segera bangkit dan tak ada masa berkabung.
Bagi orang Jepang, istirahat berarti mati. Mereka memang gila kerja dan pekerjaan ialah hayati mereka. Dapat dipahami bahwa ketika mereka tak bekerja itu artinya mereka mati.
Semangat hayati dan kekuatan fisik, mental, jiwa orang Jepang itu dapat dikatakan sebagai keajaiban di balik kisah kedahsyatan gempa Jepang. Mereka memang luar biasa. Tanpa harus larut dalam kesedihan nan berlebihan, mereka bangkit dan memulai semuanya dari awal. Kerja keras pantang menyerah itu memang harus dilakukan bila tak ingin wafat konyol dan berakhir menjadi bangsa peminta-minta.
Bangsa Jepang memang lebih suka memberi daripada meminta. Motivasi inilah nan membuat mereka mampu bekerja lebih lama dibandingkan orang lain nan berasal dari belahan negera lain.
Bangsa Jepang memiliki harga diri nan sangat tinggi. Sebelum pencerahan bahwa ekonomi mereka bergantung kepada bangsa lain nan berbahasa Inggris, bangsa Jepang tak mau belajar bahasa Inggris. Tapi sekarang keterbukaan telah membuat bangsa Jepang belajar bahasa Inggris.
Apalagi dengan menyadari potensi gempa nan mungkin saja akan sering mereka alami, bangsa Jepang semakin sadar bahwa mereka tak dapat sendiri melakukan kebangkitan diri. Gempa Jepang memang telah memberikan pelajaran nan begitu banyak kepada bangsa Jepang.