Petaka di Segitiga Bermuda di Indonesia

Petaka di Segitiga Bermuda di Indonesia

Artikel ini membahas seputar Segitiga Bermuda di Indonesia . Siapa sih nan tak mengenal Segitiga Bermuda global di Samudera Atlantik nan berbatasan dengan Pulau Bermuda, Florida, dan Puerto Rico. Berbagai petaka terjadi di loka tersebut, mulai dari kecelakaan pesawat, kapal laut, hingga orang nan menjadi gila. Berbagai klarifikasi mengenai loka tersebut masih menjadi misteri, mulai dari makhluk asing hingga klarifikasi nan lebih ilmiah tentang gas metana. Tetapi, tahukah Anda bahwa ada pula Segitiga Bermuda di Indonesia?

Seperti halnya versi Bermuda, Segitiga Bermuda di Indonesia ini pun penuh dengan petaka, kecelakaannya pun terjadi pada kapal bahari dan pesawat. Segitiga Bermuda di Indonesia berada di Masalembo. Tepatnya di perairan Bahari Jawa nan merupakan rendezvous Bahari Jawa dengan Selat Makassar. Sebenarnya, Kepulauan Masalembo lebih dekat ke Selat Makassar daripada ke Bahari Jawa.

Berikut ini akan dijelaskan secara ilmiah mengenai kenyataan Segitiga Bermuda di Indonesia tersebut dan berbagai kecelakaan nan terjadi di Segitiga Bermuda di Indonesia ini.



Penjelasan Ilmiah Segitiga Bermuda di Indonesia

Kecelakaan di Segitiga Bermuda di Indonesia biasa terjadi pada kurun waktu Desember-Januari atau Juli-Agustus. Mengapa kecelakaan transportasi bahari dan udara ini terjadi pada bulan-bulan nan sama? Eits, jangan kaitkan dulu dengan hal-hal mistis atau klenik seperti minta tumbal. Hal ini bisa dijelaskan secara ilmiah. Sebab pada bulan-bulan tersebut merupakan puncak peralihan atau perubahan musim di kepulauan Indonesia nan terletak di sekitar khatulistiwa.

Segitiga Masalembo nan dijuluki juga sebagai Segitiga Bermuda di Indonesia diambil dari nama Pulau Masalembo. Posisi pulau kecil tersebut terletak di ujung Gambaran Sunda. Daerah tersebut merupakan pertigaan laut, yaitu Selat Makassar nan memotong vertikal dari utara ke selatan dan Bahari Jawa nan memotong horizontal dari barat ke timur.

Pola kedalaman bahari di Segitiga Bermuda di Indonesia ini menunjukkan bentuk segitiga sama sisi nan nyaris sempurna. Kepulauan nan berbentuk segitiga sangat jelas terlihat jika Anda melihatnya pada peta bathymetri atau peta kedalaman laut.

Jika melihat gambar arus bahari nan melewati Segitiga Bermuda di Indonesia, maka akan tampak air bahari nan mengalir dari barat ke timur nan memanjang secara horizontal di bahari Jawa. Selain bergerak ke arah timur, asal air bahari dari barat tersebut juga terbelah ke arah utara di perairan Selat Makassar.

Bentuk genre air bahari tersebut berupa arus musiman atau monsoonal . Arus di Segitiga Bermuda di Indonesia nan berasal dari barat ini dipengaruhi cuaca dan musim. Sementara dari Selat Makassar, ada arus berupa termoklin nan bergerak dari utara ke selatan. Arus termoklin dihasilkan oleh disparitas suhu lautan. Arus permukaan nan berasal dari barat dan arus termoklin nan berasal dari utara ini berjumpa di Segitiga Bermuda di Indonesia.

Kendati gerakannya tak kencang, tapi arus tersebut sangat berpengaruh pada pelayaran bahari di wilayah Segitiga Bermuda di Indonesia ini. Suhu air bahari nan disebabkan oleh pemanasan matahari tentunya sangat mempengaruhi arus musiman. Seperti diketahui, bahwa lintasan matahari bergeser ke utara-selatan-utara seiring dengan adanya siklus tahunan. Oleh sebab itu, pada kurun waktu Januari terjadi perubahan arus musiman atau monsoon .

Arus bahari Indonesia atau biasa disebut arlindo ini merupakan kenyataan nan menarik di Segitiga Bermuda di Indonesia . Sebab arus ini mengalirkan air bahari dingin dari Samudera Pasifik ke Samudera Indonesia. Debit arlindo ini sekitar 15 juta meter kubik setiap detik dan hampir seluruhnya melewati Selat Makassar. Genre air nan cukup deras tersebut tak sekedar genre air biasa. Begitu banyak unsur-unsur lain nan terkandung dalam genre air nan begitu banyak. Unsur-unsur tersebut termasuk genre ikan-ikan laut, genre suhu air dan genre sedimen laut.

Jika menilik pada profil dasar Selat Makassar nan merupakan bagian dari Segitiga Bermuda di Indonesia, ada disparitas bebatuan Sulawesi dan bebatuan Kalimantan. Karena memang terdapat disparitas antara Indonesia Timur dengan Indonesia Barat. Sulawesi ialah bagian dari Indonesia Timur, sedangkan Kalimantan ialah bagian dari Indonesia Barat tepatnya Gambaran Sunda. Garis nan memisahkan antara Indonesia Timur dan Indonesia Barat ini ialah Garis Wallace.

Garis tersebut dulu dibuat sebagai hasil penelitian satwa Indonesia Timur dan Indonesia Barat. Tetapi ternyata garis Wallace memiliki akibat atau manifestasi dari aspek batuan penyusun atau geologis. Selat Makasar nan berbatasan langsung dengan Segitiga Bermuda di Indonesia merupakan lokasi dengan geologi nan sangat rumit. Air nan mengalir di atas Selat Makassar sangat deras dan memiliki karakter nan spesifik di dunia. Jika ditilik dari aspek meteorologis, ada awan nan memisahkan daerah di atas air dan daerah di atas daratan. Awan ialah kenyataan spesifik nan sangat banyak dijumpai di atas daratan.

Perbedaan tekanan udara panas bisa juga menyebabkan angin berhembus. Angin darat bertiup di malam hari, sedangkan angin bahari bertiup di siang hari. Transisi angin darat bahari nan disebabkan suhu ini berubah dengan siklus harian, tapi ada pula siklus tahunan nan disebut siklus monsoon. Ketika keduanya berjumpa menjadi satu layaknya perubahan tekanan udara dan membentuk suatu kenyataan nan disebut badai, tornado ataupun topan. Hal inilah nan kemungkinan besar menjadi sumber kecelakaan di Segitiga Bermuda di Indonesia.

Jika Segitiga Bermuda nan terletak di Kepulauan Bahama dikaitkan dengan kondisi magnetisme. Namun ternyata, secara pengukuran magnetik tak terdapat anomali di Segitiga Masalembo nan merupakan Segitiga Bermuda di Indonesia. Secara umum, Indonesia memang merupakan daerah dengan deklinasi dan iklinasi nan sangat kecil. Indonesia juga merupakan daerah nan mempunyai jumlah intensitas magnetik nan rendah. Hal ini mungkin disebabkan sebab Indonesia termasuk daerah nan nisbi muda jika dibandingkan dengan daerah-daerah lain.

Lokasi Segitiga Bermuda di Indonesia tak menunjukkan keanehan seperti Segitiga Bermuda aslinya di Kepulauan Bahama. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa petaka nan terjadi di Segitiga Bermuda di Indonesia ini lebih dipengaruhi oleh faktor pengganggu alamiah. Penguasaan dari faktor meteorologi nan mencakup cuaca, termasuk awan, hujan, angin, suhu dan kelembabab air memang merupakan manifestasi dari kondisi geologi, geografi, oceaografi, dan konfigurasi batuan nan sangat unik.

Justru jika Segitiga Bermuda di Indonesia ini banyak mengakibatkan petaka pada transportasi bahari dan udara, langkah nan lebih tepat buat menanggulanginya ialah dengan menempatkan rambu-rambu lalu lintas udara dan bahari nan canggih di lokasi ini. Bukannya malah berusaha menghubung-hubungkannya dengan cerita mistis atau bersifat klenik.

Itu sudah menjadi tugas Departemen Perhubungan. Toh sebagai rakyat kita sudah menunaikan kewajiban membayar pajak. Sudah selayaknya dana nan diserap pemerintah dari pajak tersebut digunakan buat membangun wahana dan prasarana buat rakyat. Bukannya malah digunakan buat kepentingan memperkaya diri sendiri.



Petaka di Segitiga Bermuda di Indonesia

Kecelakaan nan cukup menghebohkan pertama kali di Segitiga Bermuda di Indonesia ialah pada 27 Januari 1981. Pada tanggal tersebut KM Tampomas II terbakar di bahari dan karam di perairan Segitiga Bermuda di Indonesia. Kejadian berikutnya terjadi pada 29 Desember 2006 nan dialami oleh kapal bahari Senopati Nusantara.

Tak hanya kecelakaan pada transportasi air, kecelakaan pada transportasi udara pun terjadi di Segitiga Bermuda di Indonesia dengan hilangnya pesawat Adam Air pada 1 Januari 2007. Pesawat Adam Air penerbangan 574 ini mengalami kerusakan alat navigasi dan sempat salah arah sebelum akhirnya menghilang dari radar pusat. Masih pada tahun nan sama, terjadi kecelakaan susulan pada transportasi air, yaitu tenggelamnya KM Mutiara Latif pada 19 Juli 2007.

Hanya selang seminggu, KM Fajar Mas tenggelam juga perairan Segitiga Bermuda di Indonesia, tepatnya tanggal 27 Juli 2007. Dan tidak sampai sebulan, KM Sumber Awal pun tenggelam pada 16 Agustus 2007 di perairan Segitiga Bermuda di Indonesia. Pada 11 Januari 2009, musibah nan sama pun dialami oleh KM Teratai Prima nan tenggelam di Segitiga Bermuda di Indonesia.