Tanggung Jawab Bersama
Setiap tahun masalah banjir selalu terjadi di berbagai penjuru Indonesia. Mulai dari ujung Sumatera hingga Papua. Dari wilayah terpencil hingga ibu kota negara.
Secara geografis, wilayah Indonesia memang “dikepung” oleh air. Di Pulau-pulau Indonesia terdapat banyak sungai besar kecil, danau, dan telaga. Belum lagi lautan dan samudera nan mengelilingi wilayah kepulauan Indonesia. Kondisi geografis seperti ini sebenarnya tidak serta-merta menjadikan masalah tentang banjir sebagai sesuatu nan niscaya terjadi. Masalah tentang banjir lebih sering terjadi sebab ulah manusia.
Ulah Manusia Penyebab Banjir
Tak seperti gempa bumi, topan badai, atau gunung meletus nan murni merupakan bala alam, kebanyakan masalah tentang banjir bukan terjadi semata-mata sebab bala alam. Artinya, banjir ini terjadi sebab ada perbuatan manusia nan menyebabkannya.
- Penggundulan Hutan
Dulu, Indonesia dapat membanggakan diri sebagai paru-paru dunia. Namun kini, sudah tidak pada tempatnya jika Indonesia terus membanggakan diri. Tinggal 30% hutan Indonesia nan berada dalam keadaan baik, selebihnya sudah mengalami kerusakan.
Kerusakan hutan ini tentu tak terjadi dengan sendirinya. Ada tangan-tangan serakah manusia nan menebang pohon-pohon di hutan itu. Ada nan berbekal Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dari pemerintah, ada pula nan merupakan penebangan liar. Penebangan hutan ini hanya berorientasi pada kepentingan hari ini dan tak memikirikan masa depan.
Menebang satu pohon mungkin hanya memakan waktu setengah jam, tapi menumbuhkan benih hingga menjadi pohon berukuran sama besar dengan pohon nan ditebang, membutuhkan waktu bertahun-tahun. Ini pun nyaris tidak pernah dilakukan.
Hutan nan gundul menyebabkan air hujan nan jatuh tidak bisa diserap. Air hujan ini terus mengalir mencari loka nan rendah. Banjir pun terjadi di daratan nan lebih rendah. Tak sporadis banjir ini berupa banjir bandang nan membawa serta lumpur, potongan-potongan kayu, hingga bongkah-bongkah batu.
Terkadang manusia memang menjadi sosok nan begitu egois. Hanya demi sejumlah rupiah mereka telah berani buat menebang hutan nan ada. Akibat nan terjadipun akan menjadi lebih parah dan sangat tidak sebanding dengan uang nan telah mereka miliki.
Usaha penggundulan hutan ini memang terbagi menjadi dua bagian. Yang dilakukan secara terstruktur oleh pihak nan memang sudah sangat terlatih. Dan bagian nan lain ialah hutan nan digunduli oleh masyarakat nan hayati di sekitar hutan buat mencukupi kebutuhan hayati mereka.
Pada bagian pertama tentunya hutan nan digunduli amatlah lebih besar. Karena biasanya dilakukan oleh para perusahaan besar dengan menggunakan alat nan besar dan canggih pula. Mereka telah berniat buat melakukan hal ini guna mendapatkan uang nan jumlahnya lebih besar. Bagian hutan nan digunduli akan terlihat lebih besar.
Sedangkan bagian nan kedua biasanya masih dilakukan dengan sangat sederhana. Masyarakat hanya menebang pohon nan bisa mereka capai dan raih saja. alat nan digunakan juga masih sederhana dan tidak secanggih alat nan dimiliki oleh perusahaan besar nan ada.
Upaya pengundulan hutan ini sejatinya menampakkan pada kita betapa besar kebutuhan masyarakat kita akan kayu. Kayu memang digunakan sebagai bahan dasar dalam berbagai hal.
Misalnya dalam membangun rumah dibutuhkan kayu nan jumlahnya tidak sedikit. Perabotan rumah juga banyak dibuat dari kayu. Serta hal nan lain seperti kertas nan juga dibuat dari kayu.
Untuk itulah kebutuhan akan kayu terus meningkat dari hari ke hari. Dengan ini maka pengundulan hutan pun akan terus terjadi dari hari ke hari pula. Semuanya ialah usaha buat mencukupi kebutuhan akan kayu ini.
- Pendangkalan Sungai
Masalah tentang banjir juga dapat terjadi sebab pendangkalan sungai. Pendangkalan ini dapat terjadi sebab endapan lumpur nan terbawa dari daerah nan lebih tinggi atau sebab tumpukan sampah.
Di Bandung misalnya, 20% dari sampah dan limbah domestik nan dihasilkan setiap hari dibuang ke sungai. Angka ini setara dengan 7000 meter kubik. Pendangkalan sungai ini jelas mengurangi kemampuan sungai buat menampung air, akhirnya air dari badan sungai meluap ke daratan.
- Perubahan Peruntukan Bantaran Sungai
Di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, atau Surabaya, bantaran sungai nan seharusnya menjadi area penghijauan dan pencegah banjir atau erosi telah berubah menjadi loka pemukiman warga. Perubahan peruntukan ini ditambah dengan konduite warga nan membuang sampah ke sungai, membuat masalah tentang banjir di perkotaan semakin parah.
Banyak sekali bantaran sungai nan sudah beralih fungsi. Terutama di kota besar dimana daerah bantaran sungai ini sudah disulap menjadi area pemukiman warga. Hal ini akan mempersempit area penyerapan air.
Terlebih lagi gaya hayati nan diterapkan oleh masyarakat penghuni bantaran sungai ini pun tidak bisa dikatakan memiliki kaulita syang baik. Kebanyakan dari mereka menggunakan sungai nan ada sebagai barang utama. Mereka mengambil air dari sana, mencuci pakaian, piring dan mandi serta buang airpun di loka nan sama.
Hal ini sangat mempengaruhi kualitas dari sungai nan ada. Apalagi gaya hayati mereka nan juga suka buat membuang sampah ke sungai. Hal ini akan membuat genre sungai menjadi terhambat.
Ketika hujan datang, genre sungai menjadi tidak lancar dan tersumbat oleh banyaknya sampah nan ada. Sehingga air hujan meluap ke daerah di sekitar sungai dan inilah nan menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir.
Kita pun tidak bisa menyalahkan sepenuhnya kepada masyarakat penghuni bantaran sungai. Dalam kehidupan di kota besar, semua al terasa lebih sulit. Apalagi buat mendapatkan rumah nan layak dan apat ditempati. Menjadi penghuni bantaran sungai seakan menjadi pilihan terakhir nan memang harus dilakukan buat bisa bertahan hidup.
- Tak Berfungsinya Saluran Pembuangan Air
Saluran pembuangan air seperti selokan sering tidak berfungsi. Selain sempit, tersumbat sampah, juga mengalami pendangkalan. Akibatnya ketika hujan turun, air pun akan meluber.
Saluran pembuangan air nan ada di Indonesia memang tak seperti apa nan ada di luar negeri. Jika kita mengetahui bahwa saluran pembuangan air nan ada di sana berukuran sangat besar sekali bahkan meneyrupai seperti terowongan. Hal ini akan sangat memudahkan dalam genre air sehingga tidak terjadi penyumbatan nan sangat memungkina terjadinya banjir.
Sedangkan saluran air nan ada di negara kita kebanyakan tak sebesar nan telah disebutkan. Pembuatannya pun terkadang hanya asal-asalan disertai dengan korupsi aturan nan selalu terjadi. Dan hal ini akan semakin menurunkan kualitas dari saluran pembuangan itu sendiri.
- Hilangnya Huma Terbuka
Dengan alasan agar tidak becek atau supaya tampak lebih bersih, banyak warga nan memplester halaman, jalan, atau gang dengan semen. Akibatnya ketika hujan turun, air nan tidak dapar diserap oleh tanah ini akan menggenang di mana-mana. Penggunaan paving block masih lebih baik daripada menutup semua permukaan tanah.
Hal ini juga menjadi penyebab primer banjir nan terjadi. Di kebanyakan kota besar di Indonesia, banyak sekali dibangun gedung nan tinggi ataupun bangunan lainnya. Bangunan ini dibangun di atas tanah nan dulunya mungkin ialah area pertanian seperti sawah ataupun ladang.
Ketika menjadi sawah atau ladang, maka tanah masih memiliki kemampuan nan cukup tinggi buat bisa menyerap air. Ketika hujan datang, air nan turun bisa diserap oleh kemampuan tanah ini.
Namun hal inni tidak bisa terjadi ketika di atas tanah tersebut sudah dibangun gedung dan bangunan. Dan lebih parahnya lagi, keberadaan bangunan ini tidak banyak memperhatikan masalah bagaimana penyerapan air.
Sehingga ketika hujan besar datang. Air tidak bisa lagi diserap sebab hilangnya area buat penyerapan. Sehingga air hanya akan mengalir begitu saja, terutama ke area pemukiman warga.
Masalah mengenai banjir ini memang ialah masalah yangs elalu datang di musim hujan. Dan ternyata masalah mengenai hal ini banyak disebabkan oleh ulah tangan kita sendiri. Untuk itu, dalam upaya buat mengatasi masalah banjir ini haruslah dimulai dari diri kita sendiri buat lebih menjaga lingkungan.
Tanggung Jawab Bersama
Manusia nan bersama-sama menjadi penyebab terjadinya masalah tentang banjir, jadi manusia pula nan harus bersama-sama menanggulanginya. Penanganan masalah banjir tidak bisa dilakukan oleh pemerintah saja tanpa peran serta masyarakat, demikian pula sebaliknya. Saling tuding dan menyalahkan tak akan membawa solusi. Lebih baik bekerja sama agar tidak terus didatangi banjir setiap tahun.